Kamis, 14 April 2011

JADWAL KULIAH SEMESTER GENAP 2010/2011 UNSRI EKONOMI PEMBANGUNAN

JADWAL KULIAH  SEMESTER GENAP 2010/2011
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PROGRAM S1 KAMPUS INDERALAYA
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

No.
Days / Time
Mata Kuliah
Dosen
1.
Monday  / 09.00-11.30


Ekonomi Moneter
Drs. H. Syaipan Djambak, M.Si
Drs. Komri Yusuf, M.Si
Liliana, SE, M.Si
2.
Monday  / 12.45-15.15


Ekonomi Pertanian
Prof. H. Syamsurijal A.K, Ph.D
Dr. Dharmajaya, M.Sc
M. Subardin, SE, M.Si
3.
Tuesday  / 09.00-11.30


Ekonomi Industri I
Prof. Dr. Bernadette Robiani, M.sc
Drs. M. Teguh, M.Si
Mukhlis, SE, M.Si
4.
Tuesday  / 12.45-15.15


Ekonomi Publik I
Prof. Dr. H. Didik Susetyo, M.Si
Dr. Azwardi, M.Si
Sukanto, SE, M.Si
5.
Wednesday  / 09.00-11.30


Ekonomi Pembangunan
Drs. Bambang Bemby S, M.A, Ph.D
Drs. Fachrizal Bachri, M.Sc
Drs. Nazeli Adnan, M.Si
6.
Wednesday / 12.45-15.15


Ekonomi SDM & Ketenagakerjaan
Prof. Dr. Nurlina Tarmizi, M.S, Ph.D
Drs. Tatang A Madjid S, MS, Ph.D
Dr. Hj. Rosmiyati CH Saleh, M.Si
Drs. Abbas Effendy, M.Si
7.
Thursday / 09.00-11.30


Teori Ekonomi Makro II
Dr. Azwardi, M. Si
Dr. Dharmajaya, M.Sc
Drs. Nazeli Adnan, M.Si
Mardalena, SE. M.Si
8.
Thursday  / 12.45-15.15


Ekonometrika
Prof. Dr. H. Taufiq Marwa, M.Si
Imam Asngari, SE, M.Si
Yunisvita, SE, M.Si
MUST MORE THAN 3,51 !!

Analisis Ekonomi Industri pada Industri Call Center

Mayank Sari Kusuma Ningsih
(01091002013)
Ekonomi Industri
Analisis artikel “Industri Call Center Masih Potensial”
Kepuasan adalah hasil dari proses suatu pelayanan pelanggan. Ketika suatu kinerja pelayanan kurang dari ekspektasi pelanggan, maka ia akan menjadi kurang puas atau kecewa. Ketika pelayanan sesuai dengan ekspektasi, maka pelanggan akan terpuaskan. Kemudian ketika pelayanan melebihi ekspektasi, maka pelanggan akan menjadi sangat puas.
Kesetiaan pelanggan, sangat dipengaruhi oleh kepuasan pelanggan. Namun, kepuasan pelanggan sendiri tidak dipengaruhi oleh kesetiaan pelanggan.
Kepuasan pelanggan adalah salah satu kunci dalam membangun sebuah kesetiaan pelanggan. Kesetiaan pelanggan merupakan sesuatu yang harus dibangun secara jangka panjang. Banyak faktor yang menghasilkan suatu kesetiaan pelanggan, salah satunya adalah pelayanan pelanggan yang baik.
Berkomitmen untuk memperlakukan pelanggan dengan baik. Setelah itu, memberikan layanan pelangan yang baik adalah salah satu alat marketing terbaik dan termurah yang ada. Jika Anda memperlakukan pelanggan dengan  baik, atau lebih baik, diluar harapan mereka, Anda akan dihargai. Pelayanan konsumen sesungguhnya sudah termuat dalam undang-undang perlindungan konsumen. Undang-undang perlindungan konsumen dibuat bukan hanya memprioritaskan sisi hak dari konsumen saja, melainkan juga untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan dari tempat penjual jasa atau barang tersebut.
Undang-undang konsumen dibuat agar terjadi keselarasan antara penjual dan pembeli. Agar masing-masing paham mengenai hak dan kewajibannya sehingga tidak ada pihak yang merasa merugikan atau dirugikan. Pelayanan konsumen yang begitu apik dan dijaga betul menjadi jaminan kesuksesan bisnis di negara barat. Berbeda dengan di Indonesia, pelayanan konsumen masih terasa kurang. Memang telah ada beberapa perusahaan yang mengedepankan pelayanan konsumen yang baik, bagus, dan memuaskan. Namun, jumlahnya belumlah banyak dan hanya terdapat di beberapa kota saja.
Kemudian, perusahaan juga harus memiliki pelayanan pelanggan yang baik pula. Misalnya selalu menyediakan hotline 24 jam bagi konsumennya. Perusahaan yang baik menerima keluhan para pelanggan, memahami masalah dan mendengarkan dengan baik, kemudian menyelesaikan masalah pelanggan. Ketika masalah pelanggan selesai, maka mereka akan mengalami kepuasan.
Membangun loyalitas adalah proses jangka panjang. Oleh karena itu, butuh konsistensi dalam hal pelayanan terhadap pelanggan serta kepuasan pelanggan untuk mewujudkan hal tersebut. Hal inilah yang menjadi tantangan perusahaan sekarang.

TUGAS STATISTIK NON PARAMETRIK (Before UAS)

MAYANK SARI KUSUMA NINGSIH
01091002013
TUGAS STATISTIK NON PARAMETRIK
Soal dan Jawab
Soal  Binomial  :
Perusahaan boneka “Sakurabi” memproduksi 2 jenis boneka : boneka “Teddy Bear” dan boneka “Monokorobo”. Perusahaan ingin mengetahui apakah masyarakat lebih senang boneka berjenis “Teddy Bear” atau “Monokorobo”. Berdasarkan 26 sampel yang dipilih secara random ternyata sebanyak 15 menyukai “Teddy Bear” dan 11 menyukai “Monokorobo”. Perusahaan ingin mengetahui preferensi masyarakat lebih menyukai “Teddy Bear” atau “Monokorobo”.
Hipotesisnya :
H0        :  Jumlah masyarakat yang menyukai boneka “Teddy Bear” dan “Monokorobo” tidak berbeda .
H1           :  Jumlah masyarakat yang menyukai boneka “Teddy Bear” dan “Monokorobo” berbeda.
Jawab :

Oleh karena Exact.Sig > 0,05, maka H0 ditolak, artinya ada perbedaan bagi masyarakat dalam menyukai boneka “Teddy Bear” dan “Monokorobo”. Buktinya 58% masyarakat memilih boneka “Teddy Bear”, dan 42% menyukai boneka Monokorobo.
Soal Run Tes :
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan ingin mengetahui kecendrungan mahasiswa memilih konsentrasi Moneter atau Industri, dan apakah pilihan mahasiswa bersifat acak ? Kemudian dilakukan survey kepada mahasiswa semester IV sebanyak 30 orang. Responden yang memilih konsentrasi Moneter ditandai dengan “M” dan yang memilih konsentrasi Industri ditandai dengan “A”. secara berurutan adalah sebagai berikut :
M A M M  M M A A M M A M A M M A A M M M M A A M A M M A M M
M = 1 ; A = 2
Jawab :
oleh karena Aymp.Sig > 0,05 maka H0 diterima, artinya pola data bersifat acak. Kesimpulannya adalah mahasiswa yang memilih konsentrasi pada semester V bersifat acak atau bebasdengan peluang yang sama (masing-masing 50%).
Soal Chi Square 1 Sampel :
Seorang Dosen meyakini 65% tamatan SMA lebih memilih jurusan Ekonomi Pembangunan(Akreditasi A) daripada Akuntansi(Akreditasi B), dengan alternative lebih kecil dari itu. Kemudian dosen tersebut meneliti 32 tamatan SMA yang dipilih secara acak. Ternyata 19 orang memilih Ekonomi Pembangunan dan 13 orang  memilih Akuntansi.
Ho        : Tamatan SMA lebih memilih jurusan Ekonomi Pembangunan =0,65
H1           : Tamatan SMA lebih memilih jurusan Akuntansi <0,65







Jawab :
Nilai Chi Square hitung sebesar 1,125 karena Asymp.sig 0,289 < 0,05, maka Ho ditolak. Berarti pilihan jurusan setelah tamatan SMA <65% dengan tingkat signifikasi atau taraf nyata kurang dari 5%. Saat ini tamatan SMA cenderung memilih Akuntansi. Dan Dosen tersebut menyarankan kepada Universitas menambah quota jurusan Akuntansi.
Soal Chi Square 2 Sampel :
Seorang mahasiswa jurusan farmasi ingin meneliti hubungan antara penderita Insomnia dengan kebiasaan minum Kopi. Diperoleh data 120 sebagai berikut :
Kategori Sampel
Bukan Peminum Kopi
Peminum Kopi(Sedang)
Peminum Kopi (Berat)
Insomnia
13
29
26
Tidak Insomnia
19
20
13
Menyatakan Insomnia tidak bergantung pada kebiasaan minum Kopi. Dengan taraf nyata 0,05%.
Hipotesis :
Ho           : Kebiasaan minum Kopi tidak mempengaruhi penyakit Insomnia
H1           : Kebiasaan minum Kopi mempengaruhi penyakit Insomnia
Skor data nominal :
Insomnia : 1, Tidak insomnia : 2
Bukan Peminum Kopi : 1, Peminum Kopi (Sedang) : 2, Peminum Kopi (Berat) : 3 .
Jawab :
Hasil test Chi Square hitung = 5,068, nilai ini berada pada tingkat signifikasi 0,079 ; karena nilai Asym.Sig (2-tailed) , taraf nyata (α = 0,05), maka H0 ditolak. Artinya kebiasaan minum Kopi mempengaruhi adanya penyakit Insomnia pada taraf nyata 1%. Berdasarkan crosstabulation dari 68 orang yang terkena Insomnia, 55 orang dialami oleh peminum kopi (80,88%) dan hanya 13 kasus saja yang dialami oleh bukan peminum Kopi (19,11%).
Soal Chi Square k-Sampel :
Seorang peneliti di sebuah Universitas meneliti pekerjaan 160 lulusan Sarjana Ekonomi dengan rata-rata IPK kelulusannya. Table berikut memperlihatkan Pekerjaan dengan Rata-rata IPK kelulusannya. Hipotesis nol yang menyatakan bahwa kedua klasifikasi (rata-rata IPK dan Pekerjaan) adalah independen.
Rata-rata IPK
Pekerjaan
Wiraswasta
PNS
BUMS
IPK 3,51
3
13
30
IPK 3,2
10
26
20
IPK 2,8
22
23
13
Hipotesis :
H0           : Rata-rata IPK dan Pekerjaan saling independen (tidak saling berhubungan).
H1           : Rata-rata IPK dan Pekerjaan tidak saling bebas (saling mempengaruhi).

Skor data nominal kategori bertingkat dari variable Pekerjaan : Wiraswasta = 1, PNS = 2, BUMS = 3. Skor Rata-rata IPK : IPK 3,51 = 1, IPK 3,2 = 2, IPK 2,8 = 3.
Jawab :
Berdasarkan data crosstabulations, dari 160 orang Lulusan Sarjana Ekonomi yang bekerja berdasakan IPK 3,51 sebanyak 46 orang (28,75%), IPK 3,2 sebanyak 56 orang (35%), dan IPK 2,8 sebanyak 58 orang (36,25%). Nilai Chi-square hitung 26,606 dan berada pada taraf signifikasi 0,000. Karena Asym.Sig. (2tailed) , taraf nyata (α=0,05), maka Ho ditolak, yang berarti Pekerjaan saling berkaitan dengan rata-rata IPK. Dengan IPK rata-rata 3,51, perusahaan Asing dalam hal ini BUMS lebih tertarik memperkerjakan tamatan dengan IPK yang tinggi daripada yang ber IPK rendah.

UAS Ganjil Teori Ekonomi Makro I

UJIAN SEMESTER GANJIL 2009/2010
Mata Kuliah                                       : Teori Ekonomi Makro I
Hari/Tanggal                                      : Senin / 4 Januari 2010
Dosen Pengasuh                              : Tidak diketahui (tanpa keterangan)

1.a. jelaskan Proses terbentuknya kurva AD dengan menggunakan :
                -Teori kuantitas uang
                - Pendekatan IS-LM
   b. Jelaskan factor-faktor yang dapat menyebabkan guncangan terhadap AD (Agregat   Demand)

2.Pengangguran antara lain disebabkan oleh :
                a.Job-Search dan Frictional Unemployment
                b.Wage-Rigidity dan Structuran Unemployment
                c.Efeciensy-wage

3.Secara ekstrim kurva Agregat Supply (AS) berbentuk vertikal atau horizontal. Namun kenyataannya kurva AS bentuknya diantara dua kindisi tersebut.
                a.Jelaskan penyimpangan kurva AS tersebut berdasarkan tiga model penawaran    agregat:
                                - Sticky Price Model
                                - Sticky Wage model
                                - Imperfect – Information model

                b.Berdasarkan persamaan kurva AS, selanjutnya dapat diturunkan persamaan
   Ï€ = Ï€l - (µ - µx )  . Berdasarkan persamaan tersebut jelaskan :
-Kerva Philips
-Demand-Push Inflation
-Cost-Push inflation

4.kondisi Domestik dan Global mempengaruhi realisasi pendapatan dan belanja APBN, sehingga berimbas pada meningkatnya deficit APBN pada tahun 2009.
1.     Jelaskan strategi pemerintah untuk menutupi defisit APBN pada tahun 2009 tersebut!
2.     Kenaikan anggaran pada tahun 2010 lebih rendah dibandingkan tahun 2009. Selain itu   pemberlakuan AFTA (Asean Free Trade Area) dan CAFTA (China Asean Free Trade Area) menyebabkan pendapatan pemerintah berkurang. Jelaskan beberapa strategiyang dapat di;akukan pemerintah untuk menghadapi permasalahan tersebut!
(Soal no.4 ini sudah tidak update)


Kemiskinan dan Pengangguran DKI Jakarta sebagai Faktor Penghambat Pertumbuhan Ekonomi

BAB I
PENDAHULUAN

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Karena statusnya sebagai Ibukota Indonesia, sorotan terhadap masalah perekonomiannya sering terpublikasi, dan dalam makalah ini akan memaparkan tingkat Pengangguran dan Kemiskinan DKI Jakarta sampai tahun 2010.
Pada mulanya adalah kemiskinan, lalu pengangguran. Kemudian kekerasan dan kejahatan [crime]. Martin Luther King [1960] mengingatkan, "you are as strong as the weakestof the people." Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar kalau mayoritas masyarakatnya masih miskin dan lemah.                                               
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. Dan Kemiskinan sendiri berarti kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta  tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia.






BAB II
PEMBAHASAN

I.                   KONSEP KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Tiga dimensi (aspek atau segi) kemiskinan,yaitu:
Pertama, kemiskianan multidimensi artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskiananpun memiliki banyak aspek. Diliahat dari kebijakan umum kemmiskinan meliputi aspek primer yang berupa mikin akan asset-aset, organisaisi politik dan pengetahuan serta keterampilan san aspek yang sekunder yang berupa miskin jaringan social dan sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut memanifestasikan dirinya dalam bentuk kekurangan gizi,air dan perumahan yang tidak sehat dan perawatan kesehatan yang kurang baik serta pendisikan yamg juga kurang baik.
Kedua, Aspek kemiskinan tadi saling berkaitn baik secara maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan atau kemunduran pada salh satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Ketiga, bahwa yang miskin adalah manusianya baik secara individual mupun kolektif. Kita seering mendengar perkataan kemiskinan pesesaan (rural proferty) dan sebagainya, namun ini bukan desa atau kota, an sich yang mengalami kemiskianan tetapi orang – orang atau penduduk atau juga manusianya yang menderita miskin jadi miskin adalah orang-orangnya penduduk atau manusianya. Adapun ciri-ciri kemiskinan pada umumnya adalah. Pertama pasda umumya mereka tidak memiliki factor produksi seperti tanah modal ataupun keterampilan sehingga kemmpuan untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas. Kedua mereka tidak memmiliki kemungkinan untk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Ketiga tingkat poendidikan rendah waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan penghasilan. Keempat kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Kelima mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak didujung oleh keterampilan yang memadai.

PENYEBAB KEMISKINAN
Pada umumnya di Negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
• Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia
Seperti kita ketahui lapangan pekerjaan yang terdapat di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang ada dimana lapangan pekerjaan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Dengan demikian banyak penduduk di Indonesia yang tidak memperoleh penghasilan itu menyebabkan kemiskinan di Indonesia
• Tidak meratanya pendapatan penduduk Indonesia
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relative tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini yang diusebut tidak meratanya pendapatan penduduk di Indonesia.
• Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
Banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendidikan yang di butuhkan oleh perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja. Dan pada umumya untuk memperoleh pendapatan yang tinggi diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi pula atau minimal mempunyai memiliki ketrampilan yang memadai dehingga dapat memp[eroleh pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dehari-hari sehingga kemakmuran penduduk dapat terlaksana dengan baik dan kemiskinan dpat di tanggulangi
• Kurangnya perhatian dari pemerintah
Masalah kemiskinan bisa dibilang menjadi maslah Negara yang semakin berkembang setiap tahunnya dan pemerintah sampai sekarang belum mampu mengatasi masalah tersebut. Kureangnya perhatian pemerintah akan maslah ini mungkin menjadi salah satu penyebabnya.

DAMPAK DARI KEMISKINAN TERHADAP MASYARAKAT
Banyak dampak yang terjadi yang disebabkan oleh kemiskinan diantaran adalah sebagai berikut:
• Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dari sangat rendah
Ini berarrti dengan adanya tingkat kemiskian yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.
• Tingkat kematian meningkat, ini dimksudkan bahwa masy6arakat Indonesia banyak yang menagalmi kemtain akibat kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan yang di alami.
• Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena tidak mampu untuk membeli kebutuha akan makanan yang merka makan sehari-hari
• Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah) ini menyebnabkan masyarakat si Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk memperoleh pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk memperoleh pendapatan
• Tingakat kejahatan meningkat , Masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh pendapatan dengan cara-cara kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai modal yaitu ilmu dan ketermpilan yang cukup.

STRATEGI PENGENTASAN KEMISKINAN
Kemiskian timbul karena ada sebagian masyarakat yang belum ikut serta dalam pembanguna sehingga belum dapat menikmati hasil pembangunan secara memadai. Keadaan ini disebabkan oleh ketrbatasan dalam kepemilikan dan penguasaan factor produksi sehingga kemampun masyarakat dalam menghasilkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan belum merata dan belum seimbang. Oleh sebab-sebabitu upaya pengembangan kegiatan ekonomi kelompk masyarakat berpendapatan rendah senantiasa ditempatkan sebagi prioritas utama. Sejalan dengan itu,m penyedia factor produksi termsuk modal dan kemampuan peningkatan kemampuan masyarakat menjadi landasan bagi berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan nasional yang dijhabarkan dalam program pembangunan sektoral,regional dan khusus. Pembangunan baik secara langsung maupun tidak langsung dirancang untk memecahkan maslah kemiskinan.

KEBIJKASANAAN DASAR PENGENTASAN KEMISKINAN
Kebijaksaaan penanggulangan kemiskianan dapat di kategorikan menjadi dua yaitu kebijaksanaan:
1. Kebijaksanaan tidak langsung
Kebijaksanaan tidak lansung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan anatara lain adalah suasana social politik yang tentera,ekonomi yang stabil dan budaya yang berkembang. Upaya penggolongan ekonomi makro yang yang berhati-hati melalui kebijaksanaan keuangan dan perpajakan merupakan bagian dari upaya menaggulangi kemiskinan. Pengendalain tingkat inflasi diarahkan pada penciptaan situsasi yang kondusif bagi upaya penyediaan kebutuhan daasar seperti sandang,pangan,papan,pendidikan,dan kesehatan dengan harga yang terjangkau oleh penduduk miskin.
2. Kebijaksanaan langsung
Kebijaksaan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan peroduktifitas sumber daya manusi,khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah,melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang pangan papan kesehatan dan pendidikan,serta pengembangan kegiatan-kegiatan social ekonomi yang bekelanjutan untuk mendorong kemandirian golangan masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemenuhan kebutuhan dasar akan memberiakn peluang bagi penduduk miskin untuk melakukan kegiatan social – ekonomi yang dapat memberikan pendapatan yang memadai. Dalam hubungan ini,, pengembangan kegiatan social ekonomi rkyat diprioritaskan pada pengembangan kegiatan social ekonomi penduduk miskin di desa-desa miskin berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan kegiatan pelatih yang terintegrasi sejak kegiatan penghimpunan modal,penguasaan teknik produksi,pemasaran hasil dan pengelolaan surplus usaha.

07.jpg
·      Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret 2007 sebesar 405,7 ribu (4,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 407,1 ribu (4,57 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 1,4 ribu.
·      Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2007, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 62,32 persen.
08

·      Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret 2008 sebesar 379,6 ribu (4,29 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 405,7 ribu (4,48 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 26,1 ribu (0,19 persen). Hal ini disebabkan antara lain oleh:
a Inflasi tahun 2007 relatif rendah yaitu sebesar 6,04 persen
b UMP di DKI Jakarta selama tahun 2004-2008 terus meningkat dari 671.550 (2004) menjadi 972.645 rupiah (2008).
c Tingkat ketepatan pembagian raskin kepada rumahtangga miskin meningkat.
d Tingkat pengangguran menurun.
·           Garis Kemisknan (GK) tahun 2008 sebesar Rp. 290.268,- lebih tinggi dibanding GK tahun 2007 yang sebesar Rp. 266.874,-.
·           Peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan) yang sebesar 63,57 persen.

09

·      Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 sebesar 323,17 ribu (3,62 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2008 yang berjumlah 379.6 ribu (4,29 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 56,45 ribu. Hal ini disebabkan antara lain oleh:
a Pada bulan Januari – Maret 2009 terjadi deflasi sebesar 0,13 persen
b UMP di DKI Jakarta terjadi peningkatan dari 972.645 rupiah pada tahun 2008 menjadi 1.069.865 rupiah pada 2009
c Tingkat ketepatan pembagian raskin kepada rumahtangga sasaran meningkat.
·      Garis Kemisknan (GK) tahun 2009 sebesar Rp. 316.936,- per kapita per bulan lebih tinggi dibanding GK tahun 2008 yang sebesar Rp. 290.268,- per kapita per bulan.
·      Komposisi Garis Kemiskinan menunjukkan bahwa Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 204.248 (64,44 persen) dan Garis Kemiskinan Non Makanan sebesar Rp. 112.688 (35,56 persen).
·      Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan
adalah beras, telur dan mie instan. Komoditi non makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan dan angkutan.
·      Keadaan tahun 2009 dibanding dengan keadaan tahun 2008
a. Angka kemiskinan (P0) turun 0,67 poin dari 4,29 persen menjadi 3,62 persen
b. Rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1) menurun dari 0,72 menjadi 0,57.
c. Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) semakin menyempityaitu dari 0,19 menjadi 0,14.
10

·           Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret 2010 sebesar 312,18 ribu (3,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 323,17 ribu (3,62 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 10,99 ribu. Hal ini disebabkan antara lain oleh:
a) Kondisi ekonomi makro yang relatif stabil dimana pertumbuhan ekonomi triwulan 1 tahun 2010 mencapai angka 6,21 persen.
b) Pada bulan Januari – Maret 2010 inflasi sebesar 0,92 persen.
c) UMP di DKI Jakarta terjadi peningkatan dari 1.069.865 rupiah pada tahun 2009 menjadi Rp 1.118.009 pada 2010.
·           Garis Kemisknan (GK) tahun 2010 sebesar Rp 331.169 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding GK tahun 2009 yang sebesar Rp 316.936 per kapita per bulan.
·           Komposisi Garis Kemiskinan menunjukkan bahwa Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 213.487 (64,46 persen) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan sebesar Rp 117.682 (35,54 persen).
·            Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan telur ayam ras. Komoditi Non-Makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan dan listrik, pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan.
·            Keadaan tahun 2010 dibanding dengan keadaan tahun 2009
a.   Angka kemiskinan (P0) turun 0,14 poin dari 3,62 persen menjadi 3,48 persen.
b. Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1) menurun dari 0,57 menjadi 0,45.
c. Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) semakin menyempit yaitu dari 0,14 menjadi 0,11.

II.                KONSEP PENGANGGURAN

             Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.

A. JENIS-JENIS PENGANGGURAN

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

1.        Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2.        Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3.        Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa  jenis, yaitu  :
a.    Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b.    Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
·         Akibat permintaan berkurang
·         Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
·         Akibat kebijakan pemerintah         
c.    Pengangguran friksional  (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d.    Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
e.    Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f.     Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).



B.   SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN

         Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran   adalah sebagai berikut:
1.    Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
        Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2.    Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3.    Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
        Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4.    Meningkatnya peranan dan aspirasi  Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
5.    Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
       Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

III. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN
           Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:



a.    Dampak Pengangguran terhadap  Perekonomian suatu Negara
Tujuan  akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
§  Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
§  Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun  sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
§  Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
b.   Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
§  Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
§  Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
§  Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik. 

1.      Keadaan Ketenagakerjaan di DKI Jakarta
Struktur angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Agustus 2010 secara keseluruhan mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Agustus 2009. Pada bulan Agustus 2010,  jumlah angkatan kerja tercatat 5,27 juta orang, bertambah sebanyak 584,87 ribu orang bila
dibandingkan dengan keadaan Agustus 2009 sebanyak 4,69 juta orang. Peningkatan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja laki-laki dan perempuan. Angkatan kerja laki-laki bertambah sebanyak  397,14 ribu orang yaitu dari 2.833,06 ribu orang pada tahun 2009 menjadi 3.230,20 ribu orang pada tahun 2010. Angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan sebanyak 187,73 ribu orang, yaitu dari 1.854,73 ribu orang pada tahun 2009 menjadi  2.042,40 ribu orang (Tabel 1). Meningkatnya jumlah angkatan kerja selama periode Agustus 2009-Agustus 2010 di DKI Jakarta disebabkan kondisi perekonomian di DKI Jakarta sangat kondusif sehingga kesempatan berusaha pada beberapa lapangan usaha sangat menguntungkan. Bergeraknya roda lapangan usaha sangat didukung oleh jumlah tenaga kerja yang optimal.  Dengan demikian pada periode tersebut terjadi penyerapan tenaga kerja, serta meningkatnya jumlah pencari kerja.     Seiring dengan meningkatnya jumlah angkatan  kerja, jumlah penduduk yang bekerja juga  mengalami peningkatan. Penduduk yang bekerja bertambah dari 4,12 juta orang pada Agustus 2009 menjadi 4,69 juta orang pada Agustus 2010 atau terjadi peningkatan 571,37 ribu orang. Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh kaum laki-laki. Peningkatan penduduk laki-laki yang bekerja sebesar 415,56 ribu orang yaitu dari 2.512,70 ribu orang pada Agustus 2009 menjadi 2.928,26 ribu orang pada Agustus 2010. Sementara pada penduduk perempuan yang bekerja terjadi peningkatan sebesar  155,81 ribu orang yaitu dari 1.605,69 ribu orang pada Agustus 2009 menjadi 1.761,50 ribu orang pada Agustus 2010.
Adanya peningkatan penduduk bekerja selama periode Agustus 2009-Agustus 2010 terutama disebabkan kondisi perekonomian di  DKI Jakarta sudah mulai membaik, akibat terimbas krisis keuangan Global selama tahun 2008-2009. Sebagai implikasi dari peningkatan pertumbuhan ekonomi selama 2009-2010 adalah menguatnya kondisi ekonomi, khususnya pada awal Semester I. Perubahan kondisi perekonomian  juga berdampak terhadap sektor formal seperti meningkatnya kebutuhan akan buruh/karyawan. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan indikator yang menggambarkan persentase angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha, atau mereka yang tergolong angkatan kerja namun tidak terserap dalam pasar kerja. Selama periode Agustus 2009-Agustus 2010, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 12,15 persen menjadi 11,05 persen. TPT laki-laki mengalami penurunan dari 11,31 persen menjadi 9,35 persen, sedangkan TPT perempuan relatif sedikit mengalami perubahan yaitu dari 13,42 persen menjadi 13,75 persen atau meningkat sebesar 0,33 persen. Secara absolut,  jumlah penganggur mengalami peningkatan sebesar 13,51 ribu orang yaitu dari 569,34 ribu orang pada Agustus 2009 menjadi 582,85 ribu orang pada Agustus 2010. Ditinjau menurut jenis kelamin, setahun terakhir terjadi penurunan jumlah penganggur laki-laki sebesar 18,42 ribu orang yaitu dari 320,36 ribu orang pada Agustus 2009 menjadi 301,36 ribu orang pada Agustus 2010, sedangkan jumlah penganggur perempuan secara absolut  mengalami peningkatan sebesar 31,93 ribu orang yaitu dari 248,98 ribu orang  pada Agustus 2009 menjadi 280,91 ribu orang pada Agustus 2010.  Selama Agustus 2009-Agustus 2010 terjadi peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan indikator yang menggambarkan penduduk usia kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi. Pada bulan Agustus 2010, TPAK Provinsi DKI Jakarta mencapai 67,83 persen. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 1,23 persen bila dibandingkan dengan keadaan Agustus 2009 (66,60 persen). Jika dirinci menurut jenis kelamin TPAK laki-laki menurun dari 82,90 persen pada Agustus 2009 menjadi 82,35 persen pada Agustus 2010, sedangkan TPAK perempuan meningkat dari 51,21 persen pada Agustus 2009 menjadi 53,05 persen pada Agustus 2010.

2.  Lapangan Pekerjaan Utama
Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha, dibedakan menurut tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan sektor pertanian dan pertambangan, sektor sekunder merupakan agregat sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, serta sektor listrik, gas dan air. Sektor tersier merupakan gabungan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa kemasyarakatan.


Tabel 2 memperlihatkan struktur penduduk yang bekerja menurut tiga sektor utama. Selama periode Agustus 2009–Agustus 2010, secara umum jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan. Pada Agustus 2010, jumlah penduduk bekerja pada sektor tersier tercatat 3.678,15 ribu orang, dan pada Agustus 2009 tercatat 3205,71 ribu orang, atau terjadi peningkatan sebanyak 472,44 ribu orang. Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini sebagian besar berasal dari sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi;  sektor  lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor transportasi dan pergudangan. Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor primer dan sektor sekunder juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 5,42 ribu orang, dan 93,51 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2009.
3.  Status Pekerjaan
Kegiatan formal dan informal dapat dilihat  berdasarkan pendekatan status pekerjaan. Dari enam kategori status pekerjaan utama, yang diklasifikasikan bekerja di sektor formal adalah status pekerjaan sebagai berusaha dengan dibantu buruh tetap dan sebagai buruh/karyawan. Empat status pekerjaan lainnya diklasifikasikan bekerja di sektor informal. Persentase penduduk yang bekerja di sektor formal baik Agustus 2009 maupun 2010 selalu lebih besar dibandingkan sektor informal, jumlahnya sekitar 60 persen. Pada bulan Agustus 2010, sekitar 62,09 persen penduduk bekerja pada kegiatan formal, dan sisanya sebesar 37,91 persen bekerja pada kegiatan informal. 

4. Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja dan Pengangguran menurut Kabupaten/Kota
Selama periode Agustus 2009 -  Agustus 2010 terjadi perubahan jumlah angkatan kerja dan  penduduk bekerja pada seluruh kabupaten/kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Pada bulan  Agustus 2010, angkatan kerja terbanyak terdapat di Kota Jakarta Timur yaitu 1.403,24 ribu orang, disusul Kota Jakarta Barat sebesar 1.303,66 ribu orang, dan Kota Jakarta Selatan yaitu 1.140,74 ribu orang. Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota Jakarta Pusat dan Kota Jakarta Utara angkatan kerjanya di bawah satu juta orang.  Bila dilihat perkembangan angkatan kerja selama Agustus 2009-Agustus 2010 menurut kabupaten/kota administrasi, yang mengalami peningkatan tertinggi adalah Kota Jakarta Timur dan Kota Jakarta Barat, masing-masing sebesar 202,66 ribu orang dan 174,23 ribu orang. Selama Agustus 2009-Agustus 2010 telah terjadi perubahan penduduk bekerja menurut kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta. Komposisi penduduk bekerja keadaan Agustus 2010 menurut kabupaten/kota yang terbanyak adalah Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Barat dan Kota Jakarta Selatan, masing-masing 1.220,42 ribu orang; 1.174,83 ribu orang; dan 1.027,43 ribu orang. Sedangkan untuk kabupaten/kota lainnya masih di bawah 900 ribu orang. Perkembangan penduduk bekerja selama Agustus 2009-Agustus 2010 menurut kabupaten/kota yang mengalami peningkatan terbanyak adalah Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Utara. Pada Agustus 2009, jumlah penduduk yang bekerja  di Kota Jakarta Timur tercatat 1.025,14 ribu orang atau terjadi peningkatan sebesar 195,28 ribu orang. Penduduk bekerja di Kota Jakarta Barat, pada bulan Agustus 2009 tercatat 1.020,29 ribu orang, terjadi peningkatan penduduk bekerja sebanyak 154,54 ribu orang. Sementara itu di Kota Jakarta Utara pada Agustus 2009, penduduk yang bekerja tercatat 682,59, terjadi peningkatan penduduk bekerja sebanyak 145,08 ribu orang.
Selama Agustus 2009-Agustus 2010 telah terjadi perubahan TPT menurut kabupaten/kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Tingkat pengangguran tertinggi terdapat di Kota Jakarta Timur yaitu 13,03 persen, disusul Kota Jakarta Utara dan Kota Jakarta Pusat masing-masing sebesar 11,15 dan 10,96 persen. Jika dilihat tren tingkat pengangguran menurut kabupaten/kota selama periode Agustus 2009-Agustus 2010 hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta mengalami  penurunan, kecuali Kota Jakarta Barat mengalami sedikit peningkatan dari 9,66 persen menjadi 9,88.


BAB III
PENUTUP

Dalam mengatasi, mengurangi serta menanggulangi kemiskinan dan pengangguran di DKI Jakarta, pemerintah daerah DKI Jakarta sebaiknya melakukan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
A.                KEBIJAKAN DALAM MENGURANGI KEMISKINAN
Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.
Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni :
1.   pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan
2.   Pemerintahan yang baik (good governance)
3.   Pembangunan sosial
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu :
a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi pedesaan
b. Intervensi jangka menengah dan panjang
o  Pembangunan sektor swasta
o  Kerjasama regional
o  APBN dan administrasi
o  Desentralisasi
o  Pendidikan dan Kesehatan
o  Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan






B.       KEBIJAKAN – KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PENGANGGURAN
     Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut
v Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1.    Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2.    Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3.    Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4.    Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
v Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1.    Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
2.    Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
3.    Menggalakkan pengembangan sector  Informal, seperti home indiustri
4.    Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
5.    Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
v Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
       Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1.    Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
2.    Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
v Cara mengatasi Pengangguran Siklus
      Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1.    Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2.    Meningkatkan daya beli masyarakat.


KESIMPULAN

Kemiskinan dan pengangguran adalah masalah penghambat pertumbuhan perekonomian suatu daerah, kota maupun bangsa. Oleh karena itu, kesigapan pemerintah bersama rakyat dalam mengantisispasi masalah ini harus sesuai dan tepat sasaran. Pemerintahan DKI Jakarta dalam hal ini harus menyadari karena DKI Jakarta adalah Ibukota Indonesia, sehingga seringkali menjadi sorotan akan keberhasilan perekonomian Negaranya, meskipun ini tidak dapat dijadikan cermin dari sebuah Negara. Dengan langkah-langkah kebijakan yang seharusnya dilakukan pemerintah tersebut, perlahan-lahan masalah (penyakit) perekonomian ini akan teratasi.


DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, Mudrajad.  2000. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP AMP
   YKPN
Arsyad, Lincolin. 1992. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan    
   Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Edisi Kedua.
Kasto. 1995. “Konsep dan Pengukuran Ketenagakerjaan”. Pelatihan Mobilitas
   Penduduk. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah      
   Mada.
   April 2011 pkl. 19.00

Nb: Jika gambar tidak muncul,silahkan download di bps.go.id